The Moon, Sepenggal ayat 117 surat Hud

Bulan tersenyum disana ,indah merah merekah. Bangunan tinggi kota semarang dibawahnya membuat semakin indah bulan itu. Rembulan indah yang bahagia Lain hal dengan hati ini, hatiku berbalik dari kata “ indah” . Risau, galau, khawatir semua kata itu bercokol pada hati ini. 21.00 jam digital salah satu café di kota indah ini menunjukan waktu istirahat paruh waktuku telah tiba. Senggang untuk setengah jam kedepan, aku duduk di salah satu kursi meja kafe yang paling ujung dekat dengan dinding kaca untuk melihat dunia luar kafe, syahdu, jalanan lenggang temaram lampu jalan, tembok yang sedikit gelap tersinari, gradasi warna yang elegan, bathinku. Dihadapanku duduk seorang pria yang kukagumi yang tak mungkin kumiliki. Aku tak boleh memilikinya. Dia adalah transliterasi dari kata galau ,risau khawatir dan kata lain yang senada yang saat ini mencokol dihatiku.
“Dek akang meh panggeh wong tuane samean” katanya diawal pertemuan ini
“Hmmm, mau apa eg kang.” jawabku untuk menghindar dari harapan
“sebelum ketemu aku mau mastiin dulu , aku tidak suka kegagalan, untuk apa memperjuangkan kegagalan”
“Hmmm, mundur aja kang adek dah pernah bilang, walau terlambat”
“Sampai mana dek tilawahnya?” tanyanya yang kukira membuka topik baru, dia memang suka memantau tilawah dan hafalanku.
“juz 2 kang” jawabku singkat
“owh juz satu dah lewat”
“Iya”
“kalau sampai juz 12 surat hud bilang”
“Tilawahku sehari sejuz, besok tgl 14 aku dah sampai juz 12” jawabku sembari menghitung hari
“owh gitu”
“Iya biar apa bilang ke akang?”
“Biar km tahu berharganya km, dan sulitnya mempeejuangkanmu”
“Hmmmm” Yang kukhawatirkan sepertinya muncul
“Namaku disebut dua kali dalam al quran juz 1 albaqoroh ayat 11. Dan juz 12 hampir akhir surat hud.”
“Hhmmm. Maksdnya?”
” jika sekarang juz satu dah lewat . Mngkin takdirku ada di juz dua belas. saat itu aku akan datang, jika rasamu masih sama terhadapku. Terimakasih aku sudah bertemu takdirku atasmu… Walau itu bukan kamu , aku tahu itu yg terbaik. Ada batas antara mimpi dan realita selain usaha ,jembatanya adalah takdir”
“hmmm” aku diam berusah tersenyum
“Sampai hari itu tiba pastikanlah kembali rasamu adakah aku disana. Tanyakanlah pada pengelola rasa. Sampaikan lewat sujudmu”
“……” aku terdiam
“banyak lembaran namamu yang beterbangan dilangit, menunggu kunci langit dibuka”
“,,,,, ” aku masih terdiam sibuk mengatur hati
“itu aku yang melambungkanya”
“…….” semakin kuat aku mengatur hati
“Bukalah kuncinya kamu yg bawa” hatiku menangis
Hp Kang Muslihun berdering,.. ” Eh udah ya Dek permisi, terimakasih waktunya” Kang Muslihun berjalan menjauh menerima telepon.
“beginikah sakitnya melupakan” , air mataku berlinang , waktu istirahat kerja paruh waktuku sudah habis. Kuhapus air mata ini. Dan segera bersiap.
Menata hati yang lebih baik.

14 Mei 2019.
Hari dimana tilawahku masuk juz 12. Aku sudah setengah juz lebih membacanya. Sampailah aku diayat ini, Hud ,117.

“wa ma kana robbuka liyuhlika alquro bidzulmin wa ahluha mushlihun”

Aku tersenyum. Membayangkan hari itu jauh sebelum hari dia berkata tentang rasanya
“Dan tidak akan tuhanmu membinasakan sebuah negeri sedangkan penduduknya adalah muslihun”
Ucapnya menasihatiku dengan sedikit candaan.
Waktu itu hari dimana aku merasa duniaku sudah binasa. Harapan hari depan telah sirna. Dan disaat terpuruk terpuruknya itu Kang Muslihun datang pada kehidupanku tepatnya pada hati ini. Dia membantuku bangkit. Dan tentang ayat itulah yg paling kuingat saat itu.
” Tenang duniamu adalah bagian dari dunia ini , tenanglah, dunia ini tidak akan binasa selama masih ada Muslihun , hhe, datanglah saat kau membutuhkan sesuatu, katakan apa yg menjadi masalahmu dan Muslihun akan membantumu mencari jalan keluarnya, hhe” ucapnya dengan canda tawa dan sedikit senyuman sembari menepuk dadanya, bangga.

Semarang. 23.38 WIB.
Tepat tiga tahun yang lalu, beberapa saat sebelum dia berkata tentang ayat 117 surat Hud.
Hari itu aku hendak mengakhiri hidup sampah ini. Tanpa berfikir bahwa hidup sampah ini lebih berharga dan berguna ketimbang harus menahan siksa kubur lalu siksa neraka, dan entah sampai ke jannahnya atau tidak.
Tidak jauh dari sekolahku di salah satu jembatan penyeberangan orang(JPO) kota yang indah ini ,aku hendak mengakhiri hayat ini. Dari tiga step pembatas jembatan aku sudah menaiki step yang pertama yang paling bawah dan tanganku berpegangan pada step yang paling atas , aku menengadah ke langit membayangkan hari lalu hidup ini , dan memikirkanya , menyedihkan. Tanpa sadar air mataku mengalir , tak peduli hal itu aku hendak melanjutkan ke step pembatas berikutnya. Tiba tiba terdengar suara teriakan keras dan songongnya ” 30 april 2016 seorang pengusaha gagal bunuh diri dan mengalami cacat permanen pada beberapa anggota tubuhnya” , teriaknya keras yang mengagetkanku hampir membuatku langsung terjatuh kebawah sana.”bodoh jika kamu bunuh diri disini di jam seperti ini.. Kamu yakin akan mati jika terjatuh kesana.?” tanyanya sedikit pelan namun cukup terdengar olehku ..dia mengatur nafas.
Aku diam memerhatikan orang tersebut, sepatu kasual sporty, biasa. Celana formal sedikit skinny, gamis pria tanggung lengan pendek. Sebuah almameter, tas punggung. Mahasiswa bathinku.
Lalu dia melanjutkan ” darii ketinggian segini tak cukup membuatmu mati, juga jam segini yang tiada mobil melaju dibawah sana aku tak yakin kau akan mati. Cacat permanen aku bisa memastikanya ” menyeringai.
Aku tak melihat dia mendekat. Tiba tiba bahuku hangat tersentuh , aku sedikit menolak. Lalu genggamanya semakin kuat memegang bahu ini aku Pasrah dia berhati hati saat memegangku dan sedikit canggung , dia tidak pernah memegang perempuan. Dia orang baik , pikirku.
Lalu aku menurutinya ” Akan kutunjukan cara cara mati terbaik lebih efektif dan lebih indah, okay” ucapnya tersenyum sambil membawaku pergi.
Hari dimana pertama kali aku bertemu orang yang paling kukagumi saat ini.
Dan meyedihkanya aku tak bisa memilikinya. Tak boleh mungkin lebih tepatnya.
Air mataku tak terasa telah terurai , segera kuusap dengan mukena . Segera kulanjutkan tilawahku. Agar selesai target tilawah hari ini. Aku masih harus kuliah, Aku tak boleh terlambat kuliah, hari ini kelas pagi. Aku tersenyum menghibur diri menghadapi hari. Dan memulai membaca ayat berikutnya.


Penulis

3 COMMENTS
  • Widiva Febri ananda
    Reply

    Amazing !!

  • Azhar iman
    Reply

    Apik kang…. Yen isoh sing aksi wae jo kinflik rasa.. Hehehe…… Tpi yen sko bahasane sih aku seneng gampang dipahami… Tur sederhana. Tingkatkan

  • Dhiya'Adv
    Reply

    is the best… verry awesome

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *