Berharap Lalu Kecewa

Kadang kita berharap lalu dikecewakan, atau kita diharapkan namun mengecewakan. Kadang kita ingin menjadi seperti yang orang harapkan, menjanjikan berada di sampingnya setiap saat, menjadi solusinya setiap saat, menjadi tempat kembalinya setiap saat, dan janji-janji manis lainnya. Bahkan sebaliknya, kita yang dijanjikan itu semua.

Lalu bagaimana faktanya?

Kita malah mengecewakan dan dikecewakan. Ketika kita mendatangi seseorang yang menjanjikan harapan pada kita, namun kebetulan kondisinya sedang tidak tepat,  akhirnya kita kecewa. Ketika kita didatangi orang yang pernah kita janjikan harapan, namun kebetulan kondisinya tidak tepat, kita akhirnya mengecewakan.

Ketika sering mengalami itu, akhirnya menjadi trauma. Sudahlah tak perlu percaya lagi kepada manuisa, karena tak ingin dikecewakan lagi. Sudahlah tak perlu memberikan harapan pada manusia lagi, karena takut mengecewakan.

Namun, jika kita renungkan lebih dalam, bisa jadi itu peringatan yang hendak Allah berikan, kepada hamba-Nya yang sering kali lupa bahwa Allah lah satu-satunya tempat berharap.

Kita tentu sering mendengar ungkapan
“Kalau kita bersandar pada tembok, lalu tembok nya roboh, kita pun ikut roboh”.

Begitulah jika kita bersandar pada sesuatu yang fana. Padahal sudah berkali-kali Allah ingatankan kita

Allah SWT berfirman:

??????? ??????? ?????????

“Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8)

Bahkan kita sendiri sering berlisan pada Allah dalam setiap sholat kita

???????? ???????? ?????????? ???????????? 

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”

Sadarkah, bahwa ketika kita meminta yang kita lafadz kan adalah kata “HANYA”. Artinya, tidak ada tempat kita meminta selain pada Allah semata. Tapi kenyataannya, sering kali kita lupa dan akhirnya menaruh harapan pada makhluk.

Namun, apakah lantas kita tidak boleh meminta tolong dan menolong manusia?
Tidak begitu. Karena sejatinya makhluk hanyalah sarana, namun hati kita berharap bukan terhadap makhluk, tapi terhadap Khalik. Kita berharap pada Khalik atas ke rahman dan rahiman-Nya, agar kita mendapatkan pertolongan dari makhluk-Nya.

Ketika memberikan harapan pun, kita tetap menyandarkan bahwa sejatinya makhluk jangan berharap kepada kita, berharap lah kepada Allah agar kita menjadi salah satu makhluk yang menolongya.

Jika kenyataan sesuai dengan harapan kita, kita akan bersyukur pada Allah. Jika belum pun, kita akan tetap optimis bahwa bisa jadi Allah telah mempersiapkan pertolongan nya melalui makhluk lain seraya kita tetap bersabar. Sungguh, Dia lah pemilik hati makhluk-makhluknya.

Terhadap diri kita dan selain kita, mungkin kita bisa ungkapkan:
“Jangan berharap padaku, berharap lah pada Allah agar aku adalah salah satu orang yang bisa membantumu, jika seandainya tidak pun, yakinlah pada Allah, dia akan menggantikan dengan makhluk yang lebih baik dari ku untuk membantu mu”

“Akupun tidak akan berharap padamu, namun aku berharap pada Allah bahwa engkau adalah salah satu makhluk Allah yang dapat membantu ku, dan jikapun tidak, aku yakin Allah akan menggantikan dengan makhluk yang lebih baik dari mu untuk membantu ku”.

Sesungguhnya Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya, karena dengan berharap pada dia yang tidak pernah ingkar janji.

????????? ??????? ??????? ???????? ???????? ???? ?????? ????? ? ????? ??????? ??? ???????? ???????????
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (Al-Imran [3]: 9)

Wallahu alam bishawab


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *