Di sebuah perkampungan, terdapat satu keluarga yang mana dikenal oleh penduduk masyarakatnya, sebagai salah satu keluarga yang taat akan ibadah. Sebut saja keluarga itu dengan nama keluarga si Mbah. Di samping itu juga, keluarga si Mbah merupakan keluarga yang penuh dengan humor, dengan adanya sikap Mbah yang penuh humor itu lah membuat keluarganya tak pernah sunyi akan keadaan. Terkadang si Mbah memulai obrolan dengan mengajak kumpul bersama, dengan tipikal si Mbah yang dikenal sebagai humoris, membuat suasana menjadi cair akan gelak tawa yang membuat tali persaudaraannya menjadi harmonis.
Keluarga si Mbah bisa disebut sebagai keluarga besar, karena anggota keluarganya sangat banyak. Akan tetapi, karena anak-anaknya sudah mempunyai keluarga masing-masing, hanya sebulan sekali paling cepat mereka mengunjungi si Mbah. Kini, hanya tinggal 5 beranggotakan keluarga saja, yang terdiri dari dua cucunya berusia 5 tahun, bernama Coco dan Cece, yang paling penting keberadaan Sukmini dengan suaminya yang memilih untuk tinggal bersama si Mbah. Bukan tidak mau bagi saudaranya yang lain tuk tetap tinggal bersama si Mbah. Karena memang tempat kerja mereka cukup jauh dengan tempat kediaman si Mbah.
Pagi itu, jam menunjukkan pukul 07 : 30 WIB. Si Mbah pun langsung bergegas dengan kebiasaan lama yang dilakukannya, yakni mendawamkan ibadah salat duha. Si Mbah pun menuju kamar mandi untuk berwudu, lalu si Mbah pun menghamparkan sajadah panjangnya. Sepuluh menit kemudian , kedua cucunya hendak berpamitan dengan si Mbah untuk bermain, tiba-tiba terdengar isakan suara tangis dengan lirih dan merintih. Coco dan Cece mendengarkan di balik pintu kamar si Mbah dengan saksama. Selang dua menit kemudian, keduanya pun menuju ke dapur ingin melaporkan kepada ibu dan bapaknya, ternyata bapaknya sudah berangkat ke kebun untuk berladang. Akhirnya, keduanya menceritakan apa yang ia dengar di balik pintu kamar si Mbah.
Coco & Cece : Buuu…. Ibuuu !!!
Ibu : Iyah ada apa Coco, Cecee !
Coco & Cece : Kami berdua mendengar si Mbah Salat duhanya sambil menangis buu.
Ibu : Bagus itu nak, tandanya si Mbah meresapi akan kandungan salatnya.
Coco & Cece : Tapi buu… tidak seperti biasanya si Mbah sampai nangis dengan penuh lirih.
Ibu : Iya juga ya nak.
Coco & Cece : Yaudah kita ke kamarnya aja bu.
Ibu : Yaudah… hayu kita tengok ke kamarnya.
Setelah Coco dan Cece melaporkan kepada ibunya, mereka langsung beranjak menuju ke kamar si Mbah , untuk memastikan keadaan si Mbah dalam salatnya. Sesampainya di balik pintu kamar, semuanya mendengarkan dengan saksama isakan tangis dan suara lirih si Mbah.
Coco & Cece : Yaa kan bu, si Mbah sambil nangis salatnya.
Ibu : Mungkin si Mbah lagi meratapi dosanya yang kini semakin beranjak usianya yang tidak muda lagi.
Coco & Cece : Tapii buu. Coba perhatikan suara si Mbah, terasa beda dari yang biasanya !
Ibu : Betul juga yaa nak. Kalo begitu kita coba ketuk pintunya aja nak.
Setelah itu, mereka mengetuk pintu kamarnya si Mbah dan menanyakan apakah terjadi sesuatu pada si Mbah. Akhirnya pintu kamarnya tidak terkunci, dan mendekati si Mbah yang masih sujud dalam sajadah panjangnya.
Ibu : Mbah ada apa, sudahlah Mbah yang berlalu biarlah berlalu tak usah disesali lagi, kita pasrahkan saja semuanya kepada Allah.
Coco & Cece : Iyaa Mbah, kan kata Mbah juga, Allah itu Maha Penyayang dan Pengasih terhadap hamba-Nya.
Coco & Cece : Mbah menangis bukan karena apa-apa.
Coco & Cece : Terus Mbah menangis ketika sujud bukannya sambil berdoa ???
Mbah : Mbah menangis bukan karena apa-apa. Mbah menangis karena ketika sujud, pantat Mbah disengat dengan seekor tawon Coco, Cece.
Mendengar perkataan si Mbah, seisi ruangan pun tak pernah sunyi akan humor dan gelak tawa karena gaya bicara si Mbah yang membuat anak dan kedua cucunya menjadi terpingkal-pingkal. Meskipun dalam keadaan lirih, akibat sengatan seekor tawon yang hinggap di pantatnya ketika sujud dalam sajadah panjangnya. Selepas itu si Mbah pun diobati oleh anaknya.
Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita di atas, antara lain :
Membiasakan salat duha dalam kehidupan;
Keluarga adalah harta terakhir yang sangat berharga;
Keluarga humoris menjadikan keluarga yang harmonis;
Ketika bepergian, hendaknya berpamitan agar tidak khawatir;
Berbakti kepada orang tua.
Penulis memiliki nama lengkap Erwin. Pembaca kelahiran 21 Februari 1999 yang gemar menulis, Sedikit tuisannya hanya dipublikasikan di Web Majalah Orasi CSSMoRA UIN Bandung. Saat ini sedang berkontemplasi di Cibiru Hilir – Bandung, dengan menyantri di pondok pesantren al-Wafa dan aktifitas kuliahnya yang patut disyukuri karena mendapat Beasiswa Santri Berprestasi, salah satu program Kementrian Agama. Istagram : @ewing_doeng. E-mail : erwinbjg21@gmail.com .