Meski Tak Henti Dihujani Peluru, Ramadhan Tetap Istimewa Bagi Palestina

Tetaplah kuat dan ikhlas dalam menjalankan bulan suci Ramadhan!

Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti dan dirindukan kehadirannya. Kedatangan bulan Ramadhan pun disambut dengan sukacita oleh umat muslim di seluruh dunia. Tidak terkecuali oleh umat muslim di Palestina.

Warga Palestina menyambut bulan Ramadhan dengan perasaan yang teramat gembira. Baik anak-anak maupun orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, semuanya saling tersenyum karena Ramadhan yang mereka rindukan akan segera hadir kembali.

Pipi mereka merekah diantara dua bibir yang menarik senyuman dari persembunyiannya. Rasa bahagia dan haru yang sudah lama lari meninggalkan jalur Gaza kini telah kembali menyapa.

Meski tidak ada kembang api atau pun pesta, tidak ada secangkir berisi madu mau pun semangkuk kurma, dan meski tak bersama anggota keluarga yang sempurna, tetapi mereka senantiasa tetap mencoba tersenyum hanya untuk menyambut Ramadhan di atas kesengsaraan.

Anak-anak berlarian kesana kemari. Mereka bermain diantara reruntuhan bangunan yang terbengkalai tanpa perbaikan. Mereka mengabaikan kaki kecil yang kotor nan kusam hanya untuk sekedar memecah tawa dalam duka. Meskipun bocah-bocah Palestina itu hanya bisa tertawa di atas peluru yang mengancam tengkorak kepala mereka.

Rasanya seperkian detik lalu mereka baru saja hidup kembali setelah merasa mati suri. Namun seketika segalanya berubah ketika serangan Israel kembali merajalela. Mereka menyodorkan senjata ke arah dada saudara-saudara kami. Dan tanpa balas kasih, mereka membunuh sebagian jiwa warga Palestina yang bahkan belum sempat merasakan Ramadhan tiba.

Namun peristiwa sebelum menjelang Ramadhan itu telah ditelan sang waktu. Kini tiba saatnya menjalani bulan suci dengan penuh cinta di atas beribu duka. Meski setiap saat jantung mereka berdegup tak beraturan, tetapi Ramadhan tetap harus dijalankan dengan ikhlas dan tawakal.

Ketika fajar menyongsong lembaran baru dan matahari telah menyorot dunia dengan cahayanya, para perisai Palestina berlarian ke perbatasan Gaza. Mereka mengangkat tangan dan berteriak pada telinga-telinga yang tuli. Di waktu yang sama mereka harus menahan lapar dan haus di balik karung-karung yang mereka anggap sebagai pelindung.

Hanya berbekal ikatan tali keberanian yang di sisi lain justru malah terlihat bodoh. Mereka mengabaikan terik surya yang membakar kulit, bahkan cucuran keringat pun tak mereka pedulikan. Belaga layaknya pahlawan super, mereka berdiri tegak dan melemparkan batu-batu yang sudah terlumuri darah.

Waktu sudah menjelang sore, senja pun menelan matahari dari langit. Cahayanya mulai redup dan berganti gelap. Dengan bertelanjang kaki dan pakaian yang serba kotor, para pemuda juga yang lainnya beranjak meninggalkan kawasan Gaza.
Saat tiba di tempat berlindung, mereka bukan membawa oleh-oleh atau pun hasil kerja. Tetapi mereka membawa para korban yang gugur di medan tempur. Seketika mereka disambut dengan jeritan para anak dan perempuan yang teramat berisik menusuk telinga. Namun sepertinya hal itu sudah biasa terjadi di setiap harinya.

Mereka berbuka puasa bersama anggota keluarga yang tersisa. Mereka melepaskan dahaga dengan secangkir air dan mengisi perut kosong dengan makanan yang seadanya. Mereka berkumpul, bercengkerama, dan menjalankan solat tarawih menggunakan tikar di serpihan sisa pondasi rumah yang bahkan tanpa atap di atasnya.

Meskipun setiap hari mereka dihujani peluru, bagi mereka Ramadhan tetaplah istimewa. Kekejaman hidup tak menyurutkan mereka untuk memuliakan bulan suci Ramadhan dengan ketabahan dan keteguhan hati. Allah SWT telah berfirman:

?????? ????????? ??????? ???????? ????? ??????????? ????? ????????? ???????????? ???? ???????? ?????????????? ?????? ?????? ???????? ????????? ????????????

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya terdapat diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barang siapa Di antara kalian hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa…” (QS. Al Baqarah: 185).

Mereka menganggap Ramadhan sebagai bulan yang istimewa, karena tepat pada bulan tersebut Al-Qur’an telah diturunkan untuk menyelamatkan para umat manusia dari ketersesatan. Alasan keimanan dan kepercayaan terhadap Tuhan (Allah SWT) tersebutlah yang membuat mereka memaksa diri untuk berusaha merajut kembali serpihan hati yang telah hancur.

Setiap hari mereka merasakan sakit tenggorokan akibat terlalu sering menjerit dan terlalu keras berteriak. Namun dunia tetap saja teramat sunyi seolah tanpa penghuni.

Apakah warga dunia tak memiliki hati untuk menolong Palestina? Atau mungkin mereka butuh pertanyaan yang lebih sederhana. Misalnya, apakah warga dunia tak terusik dengan suara berisik jeritan warga Palestina? Apakah warga dunia tak merasa mual melihat darah yang terus-menerus tumpah? Telinga dan mata mereka seolah telah di tutup rapat oleh Israel.

Terlepas dari konflik tersebut. Keistimewaan Ramadhan tetaplah hadir di tengah-tengah gelapnya kabut kehidupan di jalur Gaza. Seharusnya mereka tak usah terlalu takut dan khawatir akan darah, kecuali jika mereka mengkhawatirkan para anak polos nan lugu disana. Karena Rasulullah SAW telah bersabda:

?????????? ??????????? ????????? ?????? ????? ???????? ??????????? ??? ?????????? ?????? ?????????????

“Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari no. 3257).

Kita sering mengeluh karena menjalankan ibadah puasa memang tidaklah mudah. Lalu bagaimana dengan warga Palestina? Mereka memuliakan Ramadhan dan tetap berpuasa di tengah guyuran hujan peluru dan juga kehancuran wilayahnya.

Hadits diatas menegaskan bahwa orang yang berpuasa sungguh dimuliakan oleh Allah SWT. Hadiahnya bukan hanya pahala saja, melainkan jaminannya surga. Jadi tetaplah kuat wahai para perindu kedamaiaan. Karena jika kalian menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas, maka Tuhan akan membukakan pintu surga Ar-Rayyan untuk kalian.

Bulan Ramadhan telah mengukir sedikit senyuman di wajah para perisai Palestina. Dan semoga terbuka pintu surga selebar-lebarnya untuk para penahan lapar di tanah Gaza yang suram.

Jangan bilang bahwa anda juga merasakan pilu yang mereka rasakan. Pilu yang ada dalam perasaan anda tidaklah sebanding dengan apa yang mereka rasakan. Kita hanya harus percaya bahwa jiwa mereka sangatlah kuat lebih dari apa yang kita bayangkan.

Tidak perlu menjadi seorang muslim atau pun mengucap syahadat dulu untuk mengasihani Palestina. Cukup membusungkan dada dan menjadi manusia.

“Meskipun konflik ini tidak sepenuhnya tentang agama. Tapi mungkin damai akan tercipta. Jika semua orang bersikap sebagai manusia bukan sebagai makhluk paling beragama.”


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *