SAY NO TO ASK pertanyaan momok di Hari Fitri

Perlu kita sadari, perlu kita tahu, bisa jadi sebagian orang tertentu mempersiapkan hati dan mental baja di Hari Fitri. Lho kenapa? Ada apa? Yaaa, mempersiapkan hati dan mental ketika mendapatkan pertanyaan momok.

“Sudah lulus? Sudah wisuda? Sudah kerja? Sudah hamil? Kapan nikah?” adalah pertanyaan-pertanyaan langganan di Hari Lebaran yang notabene hari yang fitri ‘kembali dari nol’. Namun, sayangnya, pertanyaan itu bisa jadi menjadi pertanyaan yang dihindari sebagian orang.

Bagaimana jika menganggap itu sebatas pertanyaan spontan? Kata orang Jawa, “abang-abang lambe” alias pertanyaan basa-basi.

Tapi, apakah manusiawi dan patut ditolerir jika diembel-embeli pernyataan yang ‘seenak udelnya’, misalnya: “Kapan nikah? Jangan terlalu pilih-pilih. Aku dulu aja nikah umur 22 tahun. Nanti kamu sudah tua, anakmu masih kecil.”

“Kapan nikah? Kriteriamu jangan terlalu tinggi-tinggi.”

“Kapan nikah? Wah, kamu disalip sama Si A, Si B, Si C, bla bla, bla…”

“Kapan nikah? Kalau ketuaan nanti ngga laku-laku.”

Atau, “Sudah hamil? Aku dulu hamil baru nikah jalan 2 bulan lho.”

Lho, lho, bukankah barusan maaf-maafan? Kok sudah menyakiti perasaan orang lain lagi?

Jika ingin bertanya, beradablah. Jaga lidah. Jaga lisan.

Sungguh, menjaga lidah agar tidak menyakiti perasaan orang lain adalah kebaikan. Allah pasti akan mencatat kebaikan meski sebiji zarah.

Kita pun tidak pernah tahu bagaimana perjuangan dan seberapa banyak cucuran airmata yang tumpah untuk meraih apa yang mereka harapkan. Siapa yang tidak ingin lulus? Siapa yang tidak ingin menikah? Siapa yang tidak ingin memiliki momongan?

Sudah banyakkah kebaikan yang sudah kita berikan untuk orang lain? Jika belum, tersenyum dan berlisan baik pada orang lain adalah kebajikan.

Tuhan menciptakan otak dan hati nurani kepada manusia. Seharusnya, berbicaralah dengan pikiran sehat dan berhati nurani. Kecuali pikiran dan hati kita sedang tidak sehat sehingga apa yang muncul dari mulut juga ‘berpenyakit’.

Bahkan hadis pun berpesan pada kita: “Berbicaralah yang baik atau diam.” dan “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”

Ada pun filosofi kehidupan menganalogikan “botol & isinya” terhadap “hati&mulut”. Yaa, botol berisi parfum saat dibuka tutupnya, tentu yang keluar aroma wangi semerbak, menyenangkan hati. Tentu berbeda dengan botol berisi air seni yang beraroma pesing, ataupun kotoran yang beraroma busuk menjijikan!

Haruskah ada lorong waktu untuk berganti posisi, agar manusia bisa sadar atas apa yang dikatakannya sudah baik atau buruk.

Mari, jaga lidah ya, apalagi di Hari Fitri. Kembali ke nol kan? SAY TO ASK pertanyaan momok!

Boleh bertanya, tapi BERADABLAH.


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *