Begal ramadhan di negri dua Nil

Sudan, suatu negara yang berjuluk negri dua Nil. Sebab di situlah letak pertemuan indah antara sungai Nil biru dan Nil putih. Eitss!! Sudah pada baca basmallah dulu belum waktu mau baca? Yang belum bismillah dulu ya. Biar apa yang saya sampaikan membawa berkah untuk kita semua.

Baiklah! Saya akan mengajak pembaca sekalian bercengkrama membahas secuil kisah ramadhan di negri Sudan ini. Berdasarkan pengalaman saya sebagai pelancong hingga tiba di negara yang panasnya mencapai 48° di siang hari.

Tentunya tiap belahan daratan di muka bumi, selalu memiliki pantangan dalam menjalani kehidupan mereka masing-masing, tak terkecuali Sudan. Dalam konteks ini, saya akan perkecil lingkupnya untuk urusan puasa saat ramadhan.

Jika di beberapa negara Eropa, memiliki jam puasa yang panjang. Tidak untuk negara terbesar di benua hitam ini, pantangan utama nya yaitu cuaca ekstrem bukan main. Bayangkan! Bagaimana tiap hari dalam keadaan puasa harus berjalan di bawah sengatan suhu tidak pernah turun dari 43°? Sudah kulit jadi hitam legam bak pelepah kurma, belum lagi panas yang narik tenggorokan hingga kehausan.
Bukan kaleng-kaleng kalo kata orang! Rasanya bikin ingin terus-terusan meluk balok es di dalam kamar.

Sudan sendiri merupakan negara bagian Timur Tengah. Terletak di ujung utara benua hitam Afrika. Bertetangga dengan Mesir dan Ethiopia. Maka tak heran jika islam menjadi landasan dalam bernegara di Sudan.

Penduduk nya yang dominan berkulit hitam, tidak lantas menunjukkan hati mereka juga turut hitam. Apa buktinya? Saat-saat bulan suci ramadhan seperti inilah sebuah pemandangan religius yang tidak di dapati di negara lain bahkan di negri kita sendiri hadir begitu menakjubkan. Biar lebih mudah, saya akan pahamkan dengan julukan “Begal Ramadhan” Untuk pemandangan ini.

Orang Sudan memiliki watak asli keras, namun ramah akan sapaan. Begitu pula yang terjadi saat menjelang waktu buka puasa tiba. Berbondong-bondong mereka saling berebut memberi iftor kepada semua orang. Tampak wow melihat halaman rumah mereka di gelar tikar-tikar panjang sebagai alas duduk saat buka.

Kenapa saya sebut begal??

Karena di saat seperti inilah, siapapun yang lewat depan rumah mereka, bahkan berkendara mobil sekalipun, akan di paksa untuk mencicipi bahkan menghabiskan menu makanan buka di rumah mereka. Bagaimana jika menolak? Anda bisa di bilang tidak tahu diri. Bagaimana tidak jika mereka saja langsung berlari menuju kita dan membawakan segelas karkade(minuman khas Sudan) dan menarik kita ke tikar mereka untuk makan besar. Malu sekali jika menolak bukan?

Itu dia begal ramadhan di negri dua Nil ini.

Yah, itulah kepingan puzzle kisah yang tidak sempat saya lengkapi potongannya dengan berbagai kisah lain. Semoga bisa tercurahkan di lain waktu.

Saya, Muhammad Saefurrohman, pamit undur diri. Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan 1440H. Semoga Allah menerima amal ibadah kita kawan.


Penulis

1 COMMENT
  • Zaid A
    Reply

    Singkat! Nyaman di baca

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *