Kenapa Sih Kita Gak Bisa Lihat Allah?

Pertanyaan itu diajukan oleh putera kedua saya. Tidak to the point, tapi pakai muter-muter diskusi sama kakaknya.

“Kenapa kuman ga kelihatan?”
Tanyanya pada sang kakak yang berbeda usia hampir 4 tahun dengannya.

“Karena kecil.”
Jawab abangnya.

“Allah besar. Kenapa ga kelihatan?”
Ia bertanya kembali.

“Karena mata Kita ga sanggup liat Allah.”
Abangnya menjawab lagi.

“Kenapaa?”

Dan sang kakak angkat tangan
*

Bilal–putera kedua saya bukanlah type anak yang memiliki stok puluhan pertanyaan setiap harinya jika dibandingkan dengan abangnya di usia yang sama. Ia juga–sejauh ini, tidak pernah mengejar jawaban atas suatu pertanyaan sampai puas. Maka satu saja pertanyaan terucap darinya, adalah pe er yang harus saya tuntaskan. Tidak boleh disia-siakan.

Pertama-tama, saya suruh ia mengambil globe, beberapa lembar kertas bekas dan bola yang ukurannya lebih besar dari globe.

Selanjutnya, beberapa lembar kertas bekas tadi, saya remas-remas hingga membentuk bulatan. Anak itu, saya prrintahkan untuk melakukan hal yang sama.

“Apaan sih? Orang Bilal nanya kenapa Allah gak keliatan, malah disuruh bikin kaya gini…”
Keluhnya (tapi sambil tetap melakukan perintah)

“Nak, lihat… Ini bumi, tempat kita tinggal.”

“Iya.”

“Aa tahu di mana rumah kita?”

“Enggak.”

Saya tunjukkan pulau jawa
“Di sini ada Bogor, sebelahnya Jakarta. Coba sebutkan, apa saja yang ada di Bogor dan Jakarta? Misalnya rumah, Mall, lalu apa lagi?”

“Kantor, sekolah, pasar, stasiun…”

“Kebun, sungai, gunung…”
Lanjut saya

“Ya pokoknya banyak deh.” Ia mwnyimpulkan.

“Nah sebanyak itu tapi kalo dibandingkan sama bumi yg biru ini, jadi sangaaat kecil, yakan?”

“Iya, setitik.”

“Kebayang gak orangnya segede apa?”

“Setitik titiiik.”

Saya ngikik

“Nah, sekarang lihat kertas yang tadi Kita bikin bulat. Ceritanya itu Bulan, planet-planet dan bola yang besar ini adalah Matahari. Ingat film upin ipin yang tentang planet? Merkurius, Venus, bumi…?”

“Iya.”

“Siapa yang menciptakan semuanya, A?”

“Allah”

“Nah sekarang Aa bayangkan, smua benda-benda ini sangat banyak dan besar-besar ukurannya. Terbayang nggak, betapa Maha Besarnya Allah. Allaahu Akbar. Akbar itu Mahaaa Besar, gak ada tandingannya.”

“Jadi kenapa ga kelihatan?”

“Nah tadi manusia aja udah setitik titik (kecil banget), apalagi matanya. Mata kita gak akan sanggup melihat Allah. Bahkan Rasulullah saja nggak sanggup melihat Allah.”

“Kata siapa?”

“Kata hadist. Saat Rasulullah pulang dari Isra Mi’raj yang sampai langit ketujuh. Ketujuh lho A, kita langit pertama yang terlihat aja, gatau ujungnya di mana. Langit ketujuh pastinya lebih jauh lagi. Nah Rasulullah ditanya sama isterinya, Aisyah.

Ya Rasulullah, apakah Anda melihat Allah di langit ketujuh?

Jawab Rasulullah, di sana ada cahaya yang sangat terang. Dan Allah adalah cahaya di atas cahaya, yang tidak sanggup aku melihatnya.

Aa ngerti gak?”

“Gak.”

“Artinya, Rasulullah yang udah sampai ke langit ketujuh aja, gak bisa lihat Allah. Apalagi Kita manusia biasa. Padahal Aa tau kan kalau Rasulullah itu udah dijamin masuk surga?”

“Iya.”

“Ada satu cerita lagi nih, tentang Nabi Musa AS. Dulu saat beliau menerima wahyu, di hari ke-37, beliau meminta pada Allah untuk bisa melihat wujud Allah.”

“Dikasih nggak?”

“Allah bilang, Coba lihat gunung Batu di sekitarmu, wahai Musa. Jika gunung itu sanggup menerima kedatanganKu, maka Aku akan datang. Nggak lama kemudian gunung itu hancur beterbangan. Gak sanggup menerima kedatangan Allah. Padahal itu baru niat.

“Apalagi Nabi Musa yang lebih kecil dari gunung?”

“Ya iya, Nabi Musa sampai pingsan. Begitu sadar, bilang, Aku beriman kepada-Mu ya Allah.”

“Jadi, Nabi Musa aja merasa ga perlu lagi minta diperlihatkan wujud Allah, karena sudah bisa melihat wujud ciptaan-ciptaan Allah. Gunung, Matahari, Bulan, bintang, laut dan lain-lain. Dimana gunung aja bisa hancur saat baru dengar niat Allah untuk datang. Kebayang kalau datang beneran?”

*Bilal gak menjawab, tapi kurleb begini ekspresinya ??

“Jadi kenapa Kita ga bisa lihat Allah, A?”
Pancing saya

“Karena Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Dan kita keciiiil, setitik titik. Mata kita ga sanggup lihat Allah. Bisa-bisa pingsan kaya Nabi Musa.”

“Good!”

“Yang harus kita lakukan adalah beriman pada Allah. Percaya kalau Allah ada dan melihat smua yang Kita lakukan. Allah ada dan mendengar smua yang kita ucapkan. Kalau bohong, orang mungkin gatau, tapi Allah MahaTau.”

Bilal Ngangguk-ngangguk.

Pertanyaan sementara nggak berlanjut, karena dia sibuk memperhatikan globe dan bola-bola kertas tadi.

MasyaaAllah…

Kelak, Nak…
Semoga kau jadi ulama besar yang menyampaikan firman Allah ke seluruh penjuru dunia.

Sampaikan dg cara yang jauh lebih cerdas, lebih baik, lebih menyeluruh, lebih detail dan lebih mengesankan. Agar semua orang tahu kebesaran Allah.

Pritha Khalida
Ibu 3 anak yang setiap hari harus belajar guna menjawab beragam pertanyaan dari buah hatinya

Jawaban diringkas dari berbagai sumber buku dan video, dan Al Qur’an tentunya


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *