Muslim Takjil

Bulan puasa telah tiba, saatnya umat muslim untuk melaksanakan ibadah puasa dan terawih di bulan Ramadhan ini. Seperti biasa banyak orang berbondong-bondong pergi ke masjid agung untuk mencari pahala, setiap malam selalu ada saja yang mengaji, berzikir seakan masjid tidak pernah sepi. Mungkin toak juga tidak akan bisa istirahat sejenak karena selalu dipakai. Akan tetapi demi yang Maha Kuasa dan Sang Pencipta Alam Semesta ini apapun akan dilakukan karena Allah Ta’ala.

Begitupun denganku, setiap bulan Ramadhan di sekolahku tidak lupa memberi tugas buku kegiatan Ramadhan. Isinyapun berisi buku catatan kegiatan kita selama bulan Ramadhan seperti puasa, terawih, tadarus dan sholat jum’at bagi yang laki-laki. Sebenarnya tanpa diberi bukupun aku akan tetap melaksanakannya, namun karena tugas sekolah buku itupun tetap aku isi.

Hari pertama terawihpun tiba, banyak orang datang berbondong-bondong kemasjid untuk sholat. Aku bahagia sekali karena tidak hanya orang tua saja disana, tetapi remaja dan anak-anakpun banyak yang terawih. Awalnya aku hanya duduk saja sambil menunggu azan berkumandang. Namun tidak disangka-sangka temanku Nur datang menghampiriku dan mengajakku bermain petasan di luar masjid “ Yuan ayo kita bermain diluar, disana ada Aco, Adi, Hendra dan Edi menunggu untuk bermain petasan” ujarnya. Mungkin untuk anak kelas tiga SD bulan Ramadhan hanya untuk bermain petasan pikir mereka namun tidak bagiku. Aku pun menolaknya “ maaf Nur tetapi sholat terawihnya akan segera dimulai aku tidak ikut bermain saja, mungkin lainkali’’ Nur pun pergi. Malam itu pun aku tetap terawih dan tadarus mengisi buku kegiatan Ramadhanku.

Hari-hari berlalu sampai hari kelima belas teman-temanku masih saja bermain petasan seperti biasa. Namun ada juga yang memilih untuk tetap terawih, kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Seperti biasa setiap sore sebelum berbuka aku selalu kemasjid untuk tadarus kemudian berbuka puasa bersama. Waktu itu banyak sekali anak-anak seumuranku pergi kemasjid tetapi tidak ada yang tadarus. Akupun penasaran dan bertanya kepada Nur dan Aco kenapa mereka hanya bermain saja dan tidak mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan bermanfaat. Merakapun tertawa “ sebenarnya kita kemasjid hanya untuk berbuka puasa saja, lagian kitakan masih kecil jadi tidak wajib untuk tadarus dan terawih mungkin nanti kalau kita sudah SMP kita akan diwajibkan tadarus” mereka pun berlalu pergi.

Azan magrib pun berkumandang tandanya sudah boleh berbuka, alhamdulillah puasaku lancar satu hari penuh. Aku segera berdoa dan memakan tak’jil yang sudah dihidangkan sedari tadi tiba-tiba terdengar suara gaduh ternyata Nur dan Hendra berkelahi, astagfirullah aku terkejut melihat mereka saling memukul, padahal ini baru berbuka. Segera saja Pak Iis guru mengajiku melerai mereka “ apa ini? Berkelahi dimasjid saat berbuka puasa? Kalian malah bertengkar seperti ini, ada masalah apa?” Pak Iis bertanya dengan sangat emosi. Nur pun menjawab “ Hendra Pak, dia rakus ingin memakan semua tak’jil ini sendirian, saya tidak kebagian” Hendra pun menjawab perkataan Nur “ tidak pak justru Nur yang mengambil semua tak’jil ini untuk dibawa pulang, sampai teman-teman tidak kebagian”. Pak Iis melihat kearah anak perempuan “ apa benar yang dikatakan Hendra?”. “ Benar Paaak” serentak anak perempuan menjawab. “Astagfirullah halazim Nur, bulan Puasa adalah bulan yang penuh berkah jangan kita menodainya dengan perkelahian apalagi gara-gara tak’jil tidak baik, lebih baik kita gunakan untuk tadarus, terawih, zikir kan lebih bermanfaat apalagi kita diwajibkan untuk saling berbagi dan menjauhi sifat serakah jangan menjadi muslim takjil” nasihat Pak Iis. “ tetapi pak saya kan masih kecil tidak diwajibkan tadarus dan berpuasa?” tanya Nur. “ tidaklah beramal itu tidak menunggu sampai kita dewasa tetapi dari kecil pun lebih baik dan tidak harus tadarus berbakti kepada orang tuapun termasuk kebaikan seperti kata pepatah ala bisa karena biasa”.

Akhirnya Nur pun meminta maaf kepada Hendra dan semua teman-teman. Setelah itu, hari-hari selanjutnya Nur pun tidak bermain petasan lagi tetapi dia mengajak semua teman-temannya untuk terawih. Begitupun dengan ku, aku bersyukur tidak menjadi muslim tak’jil dibulan suci ini, karena semua yang aku kerjakan adalah ikhlas karena Allah Ta’ala Amin.

Oleh: Yuan vebeday

Dari: Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

Yuan vebeday


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *