Ramadhan, Yuk Berubah

Tidak terasa 3 tahun sudah saya menginjakkan kaki di negeri Mesir. Setelah 4 tahun yang lalu saya menyelesaikan pendidikan saya di salah satu Pondok Pesantren yang ada di daerah Jawa Barat.

Ramadhan. Berarti sudah 2 kali Ramadhan saya jalani di negeri yang biasa disebut negerinya para nabi. Apakah ada yang berbeda dengan berpuasa di Negara tercinta? Jelas banyak perbedaannya. Walaupun diantara itu semua juga banyak kesamaannya.

Ramadhan di Mesir. Kota Kairo lebih tepatnya. Puasa merupakan hal yang sudah tidak asing. Warga disini bahkan sangat akrab dengan yang namanya berpuasa. Puasa sunnah dari yang mingguan, bulanan bahkan tahunan. Tapi perbedaannya adalah ketika tiba dibulan yang suci ini, semuanya seolah berubah 100 derajat dari sikap mereka pada hari-hari lainnya. Semua warga di mesir, seolah selalu berlomba dalam kebaikan. Sedekah ribuan pound Egypt pun dikeluarkan untuk berbuka dan sahur. Sedekah senyuman dimana-mana. Tidak hanya sedekah, ibadah lainnya pun mereka berusaha lomba didalamnya. Tadarus Al-Quran, Mengkaji kitab-kitab agama, sholat sunnah tarawih dari yang 8 rakaat sampai yang 20 rakaat, dan yang lain sebagainya.

Warga Mesir, ditengah lelahnya mereka menjalani ramadhan dalam keadaan musim panas yang panasnya bisa mencapai 40-49 derajat. Dengan lamanya waktu puasa diantara Negara-negara asia-afrika lainnya. Yang lamanya bisa mencapai 16 jam berpuasa. Mereka selalu menjadikan ramadhan ini sebagai tempat yang pas untuk menghapus dosa-dosa mereka selama setahun penuh ini. Tidak peduli seberapa panas. Begitupun berapa lama mereka akan berpuasa. Ibadah selalu menjadi hal prioritas disaat ramadhan. Bahkan sampai ada pegawai yang rela cuti dari pekerjaannya hanya karena ingin beribadah di bulan ramadhan. Subhanallah.

Di Mesir tidak pernah ada yang sibuk membicarakan toleransi bagi mereka yang berpuasa ataupun yang tidak seperti di tanah air. Disini juga tidak pernah ada pembahasan apakah malam nuzulul quran dibolehkan oleh syariat ataupun tidak. Mereka hanya fokus beribadah. Itu saja. Karena memang warga arab utamanya menyadari bahwa ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mengeluarkan kebaikan sebesar-besarnya.

Untuk masalah warung makan. Yang sedang ramai di tanah air belakangan ini. Apakah boleh ataukah harus ditutup saja. Apakah itu toleransi terhadap yang berpuasa atau toleransi terhadap yang tidak berpuasa. Mengurangi omset penjualan ataupun tidak. Dan berbagai persoalan yang terjadi dibelakangan ini. Di Mesir tidak pernah ada pembahasan seperti itu. Bahkan sebesar ulama Azhar juga tidak pernah membicarakan tentang hukumnya buka warung makan ketika waktu puasa atau tidak. Disini, setiap warung makanan dan warung kelontongan sudah mulai buka dari siang hari. Bukan untuk berbuka disaat itu. Bukan juga untuk tempat tongkrongan bagi mereka yang tidak berpuasa. Tapi memang warung sudah buka untuk warga sekitar, turis, mahasiswa dan setiap orang yang berpuasa disaat itu menyiapkan makanan untuk berbuka puasa.

Jangan salah, dimesir juga ada kok warga non muslim. Namun, sikap mereka juga sama seperti muslim dikala bulan ramadhan. Banyak diantara mereka yang bersedekah dibulan yang suci ini. Untuk makan, mereka tidak pernah secara terang-terangan seperti di Indonesia yang seolah selalu men-agungkan toleransi beragama. Mereka yang non muslim jika ingin makan atau minum hanya membeli di warung kemudian dibawa kedalam rumah. Itu toleransi yang paling pas menurut saya.

Jadi, ramadhan ini untuk apa? Untuk berdebatkah? Menggunjing satu dengan yang lainnya kah? Atau saling mencaci?. Tidak. Warga disini semua hanya fokus dengan urusan mereka dengan sang ilahi robbi. Dan juga hubungan mereka dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial. Memang benar, hablun minallah dan hablun minannas sudah benar-benar kental di Negara arab.

Semoga negriku bisa introspeksi. Bisa jadi lebih daripada yang ada di Negara arab. Dan bisa menjadi lebih baik kedepannya, utamanya dibulan yang penuh berkah dan bulan yang penuh ampunan ini. Ramadhan. Yuk berubah.

Oleh: Zaldi Jamil

Dari: Duren jaya, Bekasi Timur

Zaldi Jamil


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *