Janji Di Bulan Ramadhan

Pada awal bulan puasa di sebuah jalan raya Kota Petarukan, aku mencari lauk untuk berbuka puasa mengendarai motor keliling Pasar Petarukan. Aku melihat para pedagang menawarkan dagangannya kepada orang-orang sekitar. Setelah puas melihat-lihat, akhirnya aku membeli 5 bungkus nasi goreng. Kemudian aku kembali mengendarai motor untuk perjalanan pulang.

Di tengah perjalanan aku ingin membelokkan motor ke sebuah gang. Tak sengaja aku menabrak perempuan seumuran denganku dan aku berhasil menahan motorku supaya tidak jatuh sementara dia terjatuh dengan kakinya tertindih motor. Warga langsung datang membantu perempuan itu yang tak disangka adalah teman lamaku dulu, Mega. Aku memarkirkan motorku dan berjalan menuju Mega. Salah seorang warga bertanya kepadaku mengapa bisa terjadi kecelakaan. Aku memberikan alasan karena tidak melihatnya dan itu tidak bisa dihindari. Kemudian aku menawarkan pada Mega untuk mengantarkannya ke puskesmas karena dia merintih kaki dan tangannya kesakitan. Dia mengangguk, warga menyarankan motor Mega akan diantarkan mereka kerumahnya karena mereka mengenalnya.

Sesampainya di puskesmas, aku mengantarkan dia yang terpincang-pincang jalannya ke ruangan untuk diperiksa. Aku menunggunya di ruang runggu. Setelah selesai diperiksa, Mega keluar dari ruangan dan memintaku untuk mengantarkan kerumahnya. Di perjalanan, aku bertanya pada Mega awalnya mau pergi kemana. Dia menjawab ingin membeli nasi goreng dekat pasar untuk berbuka puasa. Tiba di rumah Mega, betapa kagetnya aku melihat rumahnya yang besar dan mewah. Aku memberikan makananku kepada dia dan dia berusaha menolaknya karena dia sudah mempunyai makanan didalam rumah. Namun aku tetap memaksa sehingga dia mau menerima. Orangtuanya menunggu di luar rumah dan aku meminta pamit pulang sesudah salah seorang warga menjelaskan tentang kecelakaannya.

Waktu memunjukan pukul 18.10, Aku memarkirkan motor di garasi rumah. Adikku menunggu di luar rumah dengan wajah cemberut. Dia bertanya padaku mana makanannya dengan suara keras. Aku pura-pura tidak melihatnya dan masuk kerumah. Ternyata semua keluargaku sudah makan dengan lauk yang ada didalam kulkas. Ayahku bertanya mengapa tidak membawa makanan. Kemudian aku mencoba menjelaskan satu persatu kejadian yang aku alami tadi sore. Ayahku tersenyum berkata aku sudah melakukan hal yang baik. Aku meminta maaf kepada seluruh anggota keluarga yang sudah menungguku termasuk adikku yang masih ngambek karena tidak membawa makanan.

Setelah tadarus, aku membuka facebook di laptop. Terdapat pesan dari Mega yang mengatakan dirinya berterima kasih sudah menolong nya dan meminta maaf karena sudah ceroboh di jalan tadi. Aku membalas pesannya dengan mengatakan kalau itu sudah menjadi tanggung jawabku yang mengakibatkannya terjatuh. Hari demi hari kami saling berkomunikasi layaknya seorang kekasih.

Pada malam ke 14 bulan ramadhan, dia mengajakku pergi melihat acara tabligh akbar didekat rumahnya. Aku kaget karena yang mengisi acara itu adalah idolaku. Aku sangat bahagia pergi dengannya meski Mega belum sembuh total melihat idolaku memberikan shalawat-shalawat yang menenangkan pikiranku. Setelah acara selesai, aku berlari untuk meminta tanda tangannya namun mobil yang dia naiki sudah bergegas jalan. Sejak saat itu, aku menganggap Mega sebagai sahabatku.

Pada hari ke 21, Aku mengunjungi rumahnya. Mega dan keluarganya menyambutku, dia bercerita padaku bahwa dia telah sembuh total. Dia memberikan candaan yang mengatakan kepada orangtuanya kalau aku ini adalah calon suaminya yang membuatku malu dan menentang pendapatnya. Ayah dan ibunya tertawa mendengar ucapan Mega. Ayahnya berkata kepadaku jika aku ingin menikahinya datanglah dan dia akan memberikan pekerjaan yang cocok tetapi aku harus lulus jurusan Teknik Informatika pada salah satu universitas terbaik di Indonesia. Ayah Mega adalah seorang bos di pengusaha terkenal. Aku pun akan berusaha untuk dapat menyelesaikan tantangan dari ayahnya dan Mega tersenyum.

Orangtua Mega tidak tau kalau aku sudah diterima di Universitas Diponegoro jurusan Teknik Informatika dan itu sebuah kebetulan yang jarang ditemukan yang membuatku mempunyai peluang besar untuk mendapatkan pekerjaan. Namun sebelum diterima di Universitas Diponegoro aku harus berjuang lewat jalur SBMPTN. Pada jalur SNMPTN aku tidak diterima tetapi itu tidak menyurutkan niatku untuk berjuang di jalur lain karena aku yakin aku bisa melakukannya lewat usaha, tawakal, dan berdoa kepada Allah SWT sepanjang malam setelah menyelesaikan tadarus. Aku melaksanakan ujian SBMPTN di Semarang. Sebelum aku menerima tantangan ini aku tau Mega telah diterima di salah satu universitas di luar negeri.

Sekarang berkat tantangan itu aku menjadi semangat menuntut ilmu berkat dukungan dan doa dari orangtua dan Mega sendiri. Aku yakin kalau usaha itu tidak akan mengkhianati.

Oleh: Anugrah Harizqi Pratama

Dari: Kabupaten Pemalang


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *