Arwa’ binti Abdul Muththalib adalah bibi Rasulullah SAW. Dia adalah putri Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Dia termasuk orang yang masuk Islam di Makkah dan ikut hijrah ke Madinah. Sebelum masuk Islam, dia merupakan salah satu orang yang mendukung perjuangan Rasulullah SAW.
Arwa’ pernah menikah dengan Umar bin Wahab bin Abdul Manaf. Dari pernikahannya itu, dia dikaruniai seorang putra bernama Kulaib. Setelah Umar bin Wahab meninggal, Arwa’ menikah lagi dengan Arta’ah bin Syurahbil bin Hashim. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putri bernama Fathimah.
Suatu hari, orang-orang di sekitarnya memberitahukan bahwa putranya – Kulaib bin Umair – masuk Islam di rumah Al-Arqam bin Abil-Arqam Al-Makhzumi. Sepulang dari sana, Kulaib menemui ibunya dan berkata, “Wahai ibu, saya telah mengikuti (agama) Muhammad dan saya memeluk Islam karena Allah.” Ibunya menjawab, “Sesungguhnya orang yang paling berhak kamu dukung dan bela adalah putra pamanmu (Muhammad). Demi Allah, seandainya saya mampu sebagaimana kaum laki-laki, maka saya akan selalu membelanya.” Kulaib berkata, “Kalau memang demikian, apa yang menghalangi ibu untuk masuk Islam dan menjadi pengikut Muhammad SAW padahal saudara ibu – Hamzah bin Abdul Muththalib – telah masuk Islam.” Ibunya menjawab, “Saya mau melihat saudari-saudariku lebih dulu. (Kalau mereka masuk Islam), saya akan menjadi salah satu dari mereka (masuk Islam juga).” Kulaib berkata, “Sesungguhnya saya memohon kepadamu demi Allah, untuk mendatangi Muhammad dan memberi salam kepadanya, mempercayainya, dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah.”
Kulaib menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW yang setia. Kulaib pernah mengikuti rombongan hijrah ke Habasyah. Ketika Perang Badar, Kulaib ikut berjuang dan membela Nabi Muhammad SAW. Banyak peperangan yang disertainya bersama Rasulullah SAW.
Setelah masuk Islam, Arwa’ termasuk salah satu wanita yang paling gigih membela Rasulullah SAW. Dengan lisannya, dia menyuruh putranya untuk selalu taat dan patuh kepada Rasulullah SAW. Suatu hari, Abu Jahal telah mempersiapkan sekelompok orang kafir Makkah untuk menganiaya Rasulullah SAW. Mendengar hal itu, Kulaib bin Umair langsung pergi menemui Abu Jahal lalu memukulnya. Seketika itu juga gerombolan itu menyeret kulaib dan mengikatnya. Tidak lama kemudian datanglah Abu Lahab membebaskannya.
Orang-orang memberitahu bahwa Kulaib telah membela Rasulullah SAW kepada ibunya. Mereka berkata, “Wahai Arwa’, tahukah Anda bahwa putramu telah menjadi pembela Muhammad? Dia sekarang menjadi kasar.” dengan tegas Arwa’ menjawab, “Hari yang terbaik bagi Kulaib adalah hari di saat dia membela putra pamannya karena apa yang dia bawa adalah kebenaran yang datang dari Allah SWT.”
Mereka bertanya, “Kalau begitu, Anda juga pengikut Muhammad?”
Arwa’ menjawab, “Benar.” Mendengar itu, sebagian orang kafir melaporkan Arwa’ kepada Abu Lahab. Lalu Abu lahab datang menemui Arwa’. Dia berkata, “Sungguh suatu berita yang mengejutkan atas kamu yang telah mengikuti Muhammad dan meninggalkan agama Abdul Muththalib.” Arwa’ menjawab, “Memang sudah seharusnya demikian. Sekarang, berdirilah di samping putra pamanmu untuk menolong dan membelanya. Apabila sudah jelas perkaranya (kebenaran Muhammad) bagimu, kamu boleh memilih antara ikut dengannya (masuk islam) atau kamu tetap dalam agamamu.
Sambil berpaling pergi, Abu Lahab menjawab, ”Kami disegani di kalangan Arab, bagaimana kami harus tunduk kepada orang yang datang dengan agama baru.”
Arwa’ menjawab dengan satu bait syair,
Sesungguhnya Kulaib telah menolong putra pamannya.
Kulaib juga menjaga Rasulullah dalam lindungannya
Dan ia infakkan hartanya (untuk perjuangannya).”
Perdebatan antara Arwa’ dengan Abu Lahab menggambarkan pada kita sosok ibu yang tegar dan tegas dalam membela putranya yang memperjuangkan kebenaran.
Arwa’ berkata, “Berlinanglah air mataku dan memang sudah selayaknya untuk menangis karena bapakku enggan menerima kebenaran karena rasa malu.”
Demikianlah sosok ibu teladan Arwa’ binti Abdul Muththalib yang selalu mencurahkan perhatiannya kepada perjuangan Rasulullah SAW dan selalu menyeru kepada putranya untuk mendukung dan membela perjuangan Rasulullah SAW. Dia juga menginfakkan hartanya untuk perjuangan Rasulullah SAW. Arwa’ meninggal dunia pada sekitar tahun 15 Hijriah.