Setelah lulus S1 dari IKIP Negeri Jakarta, pada 1992, ia diberi tugas oleh Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk bergabung dengan Sekolah Islam Al-Izhar, Pondok Labu, atas permintaan direkturnya. Di sekolah ini, ia langsung menjadi anggota tim penyelenggaraan operasional SMP Islam Al-Izhar. Pada tahun yang sama, SMP ini diresmikan oleh Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. BJ. Habibie dan berkembang dengan baik hingga kini.
Tahun 1995, ia dipercaya menjadi anggota tim penyelenggaraan operasional SMA Islam Al-Izhar. Sebuah SMA yang dibuka untuk mengakomodir para alumni pertama SMP Islam Al-Izhar. Di tahun tersebut, SMA ini diresmikan oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djoyonegoro. Ia sempat dipercaya sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Dua tahun ia belajar lebih dari banyak orang bagaimana mengelola kurikulum nasional namun berciri khas Al-Izhar.
Setahun berikutnya, ia dipercaya sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Lalu pada tahun keempat, ia dipercaya menjabat sebagai Kepala SMA Islam Al-Izhar Pondok labu, tepatnya sejak 1998 hingga 2004.
Di Al-Izhar Pondok Labu pula, ia mendapat pengalaman kehumasan tatkala duduk sebagai Kepala Bagian Humas, lalu menjabat sebagai Kepala Komunitas Pelatihan Pendidikan (KPP). KPP adalah lembaga yang menangani kendali mutu dan profesionalitas guru serta melayani para mitra kerja yang ingin belajar pada Al-Izhar, baik dalam bentuk observasi, pelatihan, maupun magang, bahkan jasa konsultan pendidikan.
Pengalaman dan kemampuan di KPP membuatnya dipinang sebagai Program Officer oleh Yayasan Cahaya Guru (YCG) pada 2009. Yayasan ini didirikan oleh Prof. Dr. Imam Prasodjo (pakar sosiolog) dan Henny Supolo Sitepu, MA. (pemerhati dunia pendidikan dan hukum). Konsentrasi program yayasan ini prioritasnya adalah memberikan pelatihan peningkatan profesionalitas guru dan peningkatan sarana-prasarana sekolah di Indonesia.
Kiprahnya di perguruan tinggi diawalinya pada 2004. Ia dipinang oleh PD Satu FBS Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk mengampu mata kuliah Apresiasi Drama. Pada tahun 2007, ia juga dipinang untuk mengajar di Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Group) dan di Universitas Trisakti. Tahun 2008 dipinang juga oleh Kaprog S1 Prasetia Mulya Business School. Mata kuliah yang diampu di perguruan tinggi selain Apresiasi Drama adalah Bahasa Indonesia (Penulisan Karya Ilmiah), Apresiasi Sastra, Kajian Naskah, Acting and Casting, dan Komunikasi Bisnis.
Ia pernah menjadi aktor di Teater Koma sejak 1994 dan menjadi pelatih serta mentor para aktor muda di Teater Koma sejak tahun 2000. Pengalaman inilah yang membekalinya membentuk karakter siswa Al-Izhar, Pondok Labu, melalui program pementasan drama.
Pada awal Januari 2011, ia dihubungi oleh Ibu Tini Moeis, Pimpinan PMK Consulting. Ia membayangkan kalau Ibu Moeis menghubungi pasti ada pekerjaan besar yang perlu melibatkannya karena beberapa tahun sebelumnya juga dilibatkan dalam Proyek Sekolah Satu Atap kerja sama pemerintah Indonesia dengan Australia.
Ketika ditawari, “Apakah Anda berminat jadi Direktur Sekolah Islam Athirah? Di Makassar,” ia tidak segera menjawab, tetapi meminta menjelaskan secara singkat mengapa PMK menjadi mediator dan mengapa Sekolah Islam Athirah mencari sosok direktur?
Tawaran tersebut akhirnya ia diskusikan dengan keluarga. Di luar dugaan, setelah membuat peta kekuatan dan kelemahannya, istri dan anaknya mendukung. Tawaran ini menjadi tantangan besar, dan seperti biasanya, ia dan keluarga selalu tertarik dengan tantangan dan hal baru dalam dinamika hidup dan selalu berusaha menaklukan tantangan tersebut sehingga ia sampai saat ini berkiprah di sekolah swasta terbesar di Sulawesi Selatan tersebut.