Ramadhan adalah sebutir kata yang mudah untuk diucapkan.
Bukan hanya sekedar kata melainkan suatu penampilan dalam bulan penuh keberkahan.
Tatkala lapar maupun dahaga datang menyapa
Terdengar teriakan sahur…sahur…!
yang kian mengawali untuk berpuasa
Matahari berjalan begitu cepat hingga terdengar lantunan agungnya suara adzan
Yang kian menemani keharmonisan keluarga dalam berbuka.
Kebaikan demi kebaikan berlomba-lomba dilakukan.
Masjid-masjid dipenuhi kerumunan jamaah.
Ayat-ayat suci kian dilantunkan dalam kerumunan bertadarus.
Hingga datanglah suatu masa.
Ibu Pertiwi diguncangkan dengan pandemi.
Yang membuat dunia sedang diliputi kecemasan.
Tiada lagi riuhnya dunia.
Tiada lagi kerumunan jamaah maupun kerumunan ber tadarus.
Layaknya topeng yang dibaliknya terdapat paras kian elok.
Riuhnya Pandemi menghadirkan sosok tentara-tentara Allah ta alla sebagai bentuk peringatan bahwa ibadah itu rentan .
Rentan terhadap keegoisan maupun keangkuhan diri.
Yang melahirkan sebuah pemahaman.
Bahwa Allah ta alla tidak hanya berada dalam riuhnya dunia.
Melainkan berada dalam hati nurani manusia.
Tatkala hati nurani berbicara denganNya begitu terasa menyejukkan dan mendamaikan hingga tanpa sadar air membanjiri pipi.