Anala dalam dadaku tak kunjung reda,
Kala rucita dama di sorot mata mereka mengangkasa,
Mendamba bulan aksama bersama keluarga,
Menghirup anila tanpa beban nestapa,
Anala dalam dadaku kian membara,
Sebab sarayu tak mengetuk pintu membawa namamu,
Retisalya menganga acap kali bulan puasa menyapa,
Aku bertanya kapan, dapat duduk sahur dengan wajahmu
Mereka menunggu suara syahdu ibu agar terbangun sebelum fajar,
Aku menunggu nama sang Dayita menggema dan membawa iringan suar,
Mereka menanti maghrib pertama laksana menatap sabana,
Aku menanti baskara mendekap gelap dengan sumarah dan gelabah
Ya Tuhan! Hambamu ini begitu candala
Tak mengerti merapal syukur, terbelenggu lara
Patutnya aku tafakur dalam sengsara
Sebab bulan aksama tak semata-mata selalu ada
Wahai Tuhan dari segala bupala!
Mataku kini terbuka pada selaksa karunia dipertemukannya aku dengan bulan aksama,
Usia dari-Mu tak semata-mata hanya angka dan aksara yang bertambah tanpa makna,
Melainkan waktu bagiku mencipta kembali diri yang kalis dari dosa dan lata.
3 COMMENTS
Good ?
Good .. bagusssss sekaliii <3
Wahhh bagus