Dalam kesunyian malam yang penuh nestapa diri
Tiada henti bibir ini menanti dengan diksi-diksi
Deruan diri yang rindu akan ridho sang ilahi
Terus memikul nikmatnya ibadah tanpa limitasi
Sang fajar menanti untuk dilewati
Nasi, ikan, dan lalapan menjadi bekal menghadapi pagi
Benang hitam di atas putih pertanda untuk berhenti
Dimensi sahur telah pergi dan rasa lapar pun menanti
Hari penuh perjuangan mengekang kenafsuan
Menahan lapar, namun terus berbuat kebaikan
Tiada henti rangkaian ibadah berjalan dan berlarian
Sampai tiba waktu senja yang penuh kerinduan
Sebuah kebahagian yang tak terkira
Dikala dapat menyantap makanan untuk berbuka
Berbagi dengan sesama dan meringankan para duafa
Rasa kenyang melanda sebagai sinyal si malaka
Berakhirnya isya’ dan mulainya tarawih begitu penuh candu
Lantunan kalam ilahi terus merasuk sukma yang malu
Seakan tak ingin cepat usai
Namun waktu tak pernah lalai
Ramadhan bergegaslah engkau datang
Menjemput jiwa-jiwa yang riang dan penuh harapan
Menanti akan penuh penantian dan kebahagiaan
Datanglah dan hapus kesedihan yang kami rasakan