Menatap ufuk yang mulai menjingga
Tak ayal maghrib semakin dekat dengan peraduannya
Sekelompok manusia sibuk dengan hiruk pikuk nya
Ramai dengan nuansa tawa nan bahagia
Ya…Inilah Ramadhan
Dengan segala keutamaan dan limpahan keberkahan
Saat sore harinya jalanan dihiasi lalu lalang kendaraan
muda mudi bahkan renta sibuk mencari pangan
Sudah semestinya pangan saat ramadhan adalah idaman
Terlihat wajah mereka sumringah berbalut senyuman
Ya…Inilah Ramadhan
Siang harinya masing-masing menahan dahaga dan lapar
Ada si kecil yang suara diperutnya terdengar
Adapula para orang tua yang bekerja walau kulit terasa terbakar
Malamnya tarawih dan kultum jadi rutinitas kegiatan
Dan ketika sahur adalah pembuka hari dimana puasa dijalankan
Ya…inilah Ramadhan
Tapi tetes air mataku kian deras mengalir
Teringat doa dari sang malakul jibril
Yang di Aamiin-kan oleh nabi terakhir
Doa celaka untuk manusia yang degil
Ya…Inilah Ramadhan
Aku takut ramadhan yang kulalui hanya berujung sia-sia
Yang hanya dilalui dengan lapar dan dahaga
Sedang pahala yang dua kali lipat jumlahnya
Tak kudapatkan pada bulan agung nan mulia
Ya…Inilah Ramadhan
Bulan dengan lailatul qodar yang penuh kemuliaan
Bulan yang lebih baik dari pada seribu bulan
Tapi hanya di isi hiruk pikuk petasan dan jaja’an makanan
Hanya sedikit yang serius dengan ibadah untuk meraih keutamaan
Ya…Ramadhan, Maafkan Daku