Memoar Ramadhan, Empat Musim

Telah berganti musim yang baru
Gemintang bergelayut di langit kelabu
Shyam terlihat lengang ditemani indurasmi yang jelita
Mengantar sepucuk surat, pergilah ia
Ramadhan berlayar, singgahlah di empat musim
Mengumandangkan memoar dalam firman Sang Rahim
Berisi kado terindah untuk para salihin

Mentari sibuk mengudara, bertanyalah ia
Sudahkah bersyukur untuk menyambutnya?
Kau merasa kelelahan bukan?
Tidak, sorot matamu berkilauan
Karena teringat janji sang Maha Kuasa
Jika kau bersyukur, nikmat ditambah oleh-Nya
Dan kaupun semakin mempesona

Detik mulai meninggalkan kuadran waktu
Musim gugur datang dengan malu-malu
Dahan rapuh merengek kekurangan gizi
Bak dua sejoli, gugur dan semi
Allah kuasa menggugurkan dedaunan dosa
Dan menumbuhkan butir-butir pahala
Bagi penyabar yang merindui Surga

Daun tua tertangkap gerombolan glaze putih
Udara dingin membumi di kubu utara
Kemah-kemah kayu berebutan dipilih
Lagi-lagi bertanyalah ia
Bagaimana keadaan imanmu?
Semoga senantiasa membara
Sebab imanmu, penentu akhiratmu

Dingin pamit undur diri, bertolaklah ia
Bunga-bunga mulai memasang paras juwita
Disambut riang kawanan lebah yang mencari rezeki
Bagaimana kabar hatimu hari ini?
Masih adakah dengki yang bertengger disana?
Semoga tidak, sebab kedengkian akan menuai petaka
Dan kaupun semakin menawan

Cukup, memoar telah mendunia
Menyalakan sumbu ruh-ruh kesalihan
Membubuhkan rasa manisnya iman
Dalam kemah-kemah yang reot nan gulita
Cukup, memoar telah melangit
Ramadhan pulang, berpamit
Ke pelabuhan terakhirnya, Allah Al-Muqit


Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *