Hati Sang Priayi Ramadan
Ia yang bertandang dalam setiap celah denting
Ia yang menghimpun ragu atas segala rindu
“Benarkah Ia sesaat lagi, kan pergi?” tanyaku
Pada Sang Priayi yang bertongkat malang
Apakah Agung-Nya tak bertuah?
Kala kubah singgasana tak lagi terjamah
Kupikir imanmu ‘kan terlilit sedih
Goyah, sebab sepi kian mewabah
Kurayu lapar hingga akhirnya fajar
Kuramu kadar hingga akhirnya sadar
Ujarku dibalas tutur ajar
“Sudahkah selaras paras dan kelakar,”
Lidahku fasih memuja memuji
Tak pula sering menutur basi
ungkapku dibalas tuah berseri
“Sudahkah dusta tak membagi iri”
Kusandarkan keluh tidak tauku
Masih tidak kukenal taumu
“Masihkah debu sujud menghampirimu,” bisiknya,
“Di ujung malam tak kutemui ia di hening semesta.” tukasku,
“Celaka menghampirimu!” teriak Priayi memberi secarik kertas berlafaz ikhlas. kutanya siapa Engkau?
Daku Kalamullah ungkapya bergandeng Ramadan, berpijak cahaya menuju Arasy ke sembilan puluh sembilan
Lantas kupertemukan kepala dan sajadah sembari berurai air mata, mata hati.
Polewali Mandar, 22 Mei 2020.