Mulianya Ramadhan
Dalam hening ia bergeming
Dalam sepi ia merenung
Tak terasa air bening mengalir di pipinya
Mengingat maksiat yang telah dilakukannya
Kini Ramadhan tinggal hitungan hari,
Dalam sunyi ia merenungkan persiapannya.
Ternyata nihil, dan ia baru menyadari
Bahkan baru kali ini ia memikirkan persiapannya.
Tapi satu hal yang pasti
Ia tak mau Ramadhan kali ini berlalu sia-sia lagi
Seperti Ramadhan tahun-tahun kemarin yang lewat begitu saja tanpa makna
Di relung hati, ia sungguh menyesalinya
Ia tentu tahu kemuliaan ramadhan.
Ketika pahala diliptgandakan,
Dibeleggunya setan
Juga malam seribu bulan, yang semestinya diistimewakan
Tapi kemarin-kemarin tak ia muliakan bulan yang suci ini
Dan seringkali ia lalai
Padahal dosanya menumpuk bagai buih lautan.
Kini ia bertekad, akan memuliakan