Allah,
aku tinggalkan tidur nyenyakku
aku tahan rasa dinginku
demi mengharap ridho-Mu ya Ilahi,
selangkah demi selangkah
kuayunkan kaki menuju sahur siam esok,
Ramadhan yang dulu,
Ramadhan yang dirindukan,
Yang penuh dahaga meski kian terasa
Biar bait membenam dan sajakku cair.
Ramadhan yang dirindukan,
Kini kian penuh sesak pengharapan,
Nada tadarus yang melengkapi Nuzulul Qur’an membuncah,
Sahur di batang subuh sepi kemana?
Jalanan pagi senyap riuh anak-anak,
Dan tukang sayur di lidah maghrib dimana?
Setia menemani perjalanan bumi,
Meniti langkah yang makin gontai,
Menyusuri senja yang lapuk bersama
angan kawan diam kian sesak di dada,
Mata bagai saga menatap nasib yang berpuasa,
Tambatkan gelisah pada doa siang dan malam,
Bisikkan keluh selagi malaikat tak jenuh,
Pasrahkan usaha selagi langit terbuka,
Ramadhan ini,
Akan jadi kerinduan,
Semesta menagih tulus penjaga,
Menguak isi penduduk yang setia.