KEMBALI
Tahajudku terasa damai kali ini
Daripada biasanya yang runyam
Macam degup manusia
Mengkhawatirkan hari esok
Mencemaskan mahkota elok
“Ia tiba! Ia tiba!”
Seketika rasi bintang berpijar bersamaan
Menyambut kedatangannya
Dia datang dengan seribu ekor bulan
Menuju kedai kopi
Menuju kasur-kasur lapuk
Menuju mimpi buruk kota lama
Dan mendatangiku
Melalui kaca jendela.
Diremasnya ketakutan-ketakutan
Kutukan-kutukan ahli nujum terpenjara
“Inilah saat kami merauk rahmat dengan serakah!”
“Kami tamak! Yang hanya menginginkan cinta tuhan
Untuk diri sendiri saja!”
Akhirnya, dalam puisi ini kuabadikan mulianya
Setiap ku buka Qur’an
Dan dia memelukku, dia Ramadhan.
Malam ini dia kembali lagi memagut renjana
Merajut harap dan seluruh cinta
Zikirku menyambutnya setulus
Tuhan pada umatnya.