Tiba-tiba gelap gulita,
Seseorang membawaku—pada rubrik yang melumpuhkan signal.
Aku menggelar tikar di sana, meski—
Tiada barang dengkur jangkrik sekalipun,
Putaran waktu bagai terbantun.
Andai, Ia mematikan berhala-berhala
Wajahmu diam pasti enggan menari
Dan benderang itu—sebuah yang tiada ragu.
Namun disia-sia,
.., kenapa?
Kau buat saja yang serupa!
.., bisa?
Ramadhan.
Ialah lengan dan setapak yang telah lari,
Sesaat diraih lalu dikunci,
Bersimpuh agar kebagian ruang,
Atau, ke Jahannam?
Ramadhan.
Ialah kurun yang agung,
Andai dipangkas usia, dan api berjaga.
Andai ditarik-Nya biar lama,
Pasti berpaling diri lantas angkat kaki.
Padahal,
Aku tidak pernah dizalaimi,
Barang sekecil duri.